Rabu, 29 September 2010

KETELITIAN

Di sebuah ruang kuliah, seorang profesor kedokteran memberikan kuliah perdananya. Para mahasiswa baru itu tampak serius. Mata mereka terpaku menatap profesor, seraya tangan sibuk mencatat.
“Menjadi dokter, butuh keberanian dan ketelitian,” terdengar suara sang profesor. “Dan saya harap kalian dapat membuktikannya.” Bapak itu beranjak ke samping. “Saya punya setoples cairan limpa manusia yang telah direndam selama 3 bulan.” Profesor itu mencelupkan jari ke dalam toples, dan memasukkan jari itu ke mulutnya. Terdengar teriak-teriak kecil dari mahasiswa itu. Mereka terlihat jijik. “Itulah yang kusebut dengan keberanian dan ketelitian,” ucap profesor lebih meyakinkan.
“Saya butuh satu orang yang bisa berbuat seperti saya. Buktikan bahwa kalian ingin menjadi dokter.” Suasana aula mendadak senyap. Mereka bingung: antara jijik dan tantangan sebagai calon dokter. Tak ada yang mengangkat tangan. Sang profesor berkata lagi, “Tak adakah yang bisa membuktikan kepada saya? Mana keberanian dan ketelitian kalian?
Tiba-tiba, seorang anak muda mengangkat tangan. “Ah, akhirnya ada juga yang berani. Tunjukkan pada teman-temanmu bahwa kau punya keberanian dan ketelitian. Anak muda itu menuruni tangga, menuju mimbar tempat sang professor berada. Dihampirinya stoples itu dengan ragu-ragu. Wajahnya tegang, dan perasaan jijik terlihat dari air mukanya.Ia mulai memasukkan jarinya ke dalam toples. Kepala menoleh ke samping dengan mata yang menutup. Teriakan kecil rasa jijik kembali terdengar. Perlahan, dimasukkannya jari yang telah tercelup lendir itu ke mulutnya. Banyak orang yang menutup mata, banyak pula yang berlari menuju kamar kecil. Sang professor tersenyum. Anak muda itu tersenyum kecut, sambil meludah-ludah ke samping.“Aha, kamu telah membuktikan satu hal, anak muda. Seorang calon dokter memang harus berani. Tapi sayang, dokter juga butuh ketelitian.” Profesor itu menepuk punggung si mahasiswa. “Tidakkah kau lihat, aku tadi memasukkan telunjuk ke toples, tapi jari tengah yang masuk ke mulut. Seorang dokter memang butuh keberanian, tapi lebih butuh lagi ketelitian.”
***
Tantangan hidup, kadangkala bukan untuk menghadapi kematian. Tapi, justru bagaimana menjalani kehidupan.
Banyak orang yang takut mati. Tapi, tidak sedikit yang memilih mati ketimbang hidup. Banyak yang menghabisi hidup pada jalan-jalan tercela. Banyak pula yang enggan hidup hanya karena beratnya beban kehidupan. Ujaran profesor itu memang benar. Tantangan menjadi seorang dokter-dan sesungguhnya, menjadi manusia-adalah dibutuhkannya keberanian dan ketelitian.
Bahkan, tantangan itu lebih dari sekadar mencicipi rasa cairan limpa di toples. Lebih berat. Jauh lebih berat. Dalam kehidupan, apa yang kita alami kadang lebih pahit dan menegangkan. Namun, bagi yang teliti, semua bisa jadi manis, menjadi tantangan yang mengasyikkan. Di sanalah ditemukan semua rasa, rupa dan suasana yang mendidik. Dan mereka dapat dengan teliti memilah dan memilih.

Teman, hati-hatilah. Hidup memang butuh keberanian. Tapi, akan lebih butuh ketelitian. Cermati langkahmu,
waspadai tindakanmu. Hati-hati saat “mencelupkan jari” dalam toples kehidupan. Kalau tidak, “rasa pahit” yang akan kita temukan.

Sabtu, 04 September 2010

EGOIS


Akhir akhir ini pikiranku sedang dalam keadaan kacau,tak bisa aku pungkiri lagi sering kali aku merasa takut yang terlalu berlebihan,Bagaimana tidak takut jikalau kita ditinggal orang yang sangat berarti dalam hidup kita,begitu juga dengan aku,disaat kita sedang mencintai seseorang dimana kita dia juga sudah ada yang memiliki,pasti akan ada rasa takut yang menghantui jika suatu saat dia akan meninggalkan kita.Sebenarnya aku juga sudah gak sendiri lagi,mungkin kalian juga akan beranggapanku seorang yang EGOIS.aku bisa terima kalau dibilang egois ataupun apa aja yang dijadikan julukanku.karena emang itu yang sedang aku rasakan kali ini,maunya semua yang aku inginkan bisa diterima dan diturutin.

Puff……harus aku akui aku gak sepantasnya bersikap demikian,aku gak pernah pikirin perasaan orang lain yang mungkin saja gak setuju dengan apa yang aku mau.Pantas emang kalau banyak temanku yang gak suka akan sikapku.meskipun gak ada yang bicara langsung kalau gak suka dengan sifatku ini.

Sedikit cerita tentang seseorang yang menghiasi hari hariku saat ini,Gue sangat mencintai seseorang yang  entah kenapa apabila aku bersama dia,hati ini terasa tenang.tapi sering kali juga aku merasa cemburu apabila aku coba hubungi dia lewat tlp tetapi gak ada respon dari dia,rasanya hati ini hancur lebur.padahal  kalau dipikir pikir lagi wajarlah kalau dia gak begitu mengangap aku sebagai apa apanya.dia juga sudah punya kekasih yang emang sudah memiliki dia lebih lama dari aku.Dasar akunya aja yang gak tahu diri,udah tahu dia ada yang punya,masih aja aku maksa untuk memilikinya juga.Laki laki macam apa aku kalau begini……

Mungkin ini sedikit cuplikan dari hatiku,Aku sangat mengharap bisa mendapatkan cintanya,walaupun gak sekarang,aku pasti tetap mengharap dapat memilikinya kapanpun,terlalu berlebihan memang kalau aku bicara begitu,tapi aku gak bisa menyimpan perasaan ini.karena kalau aku ingat ingat kembali saat saat bersama dengannya,rasa takut untuk kehilangan dirinya semakin nyata aja gak bisa aku pendam.seperti saat ini ketika aku gak bisa bersama untuk sementara,rasanya aku ingin sekali teleponin dia terus,dan apabila telepon dari aku gak mendapatkan respon darinya,sudah pasti  timbul macam macam pikiran yang aneh aneh.yang gak dianggaplah,disisikan,dianggap kurang pentinglah.padahal kenyataannya emang sudah begitu yang harusnya aku terima…..Karena gak mungkin waktunya di habiskan hanya buat aku aja.Sampai sampai sempat juga aku menangis bila aku merasa takut untuk kehilangan kabar darinya.Harapanku juga dalam setiap Doaku selalu diberi kesempatan untuk tetap bersama dengannya.karena hanya satu harapanku disini untuk bertahan walaupun semua harapanku tak mudah untuk aku capai,karena aku teramat mencintai Dirinya..IMU......INU.....ILU. ...Maaf ya Kalau aku Terlalu berambisi Untuk mendapatkan Kamu....